Pekanbaru, Sabtu (14/6) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan (MPP), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Universitas Riau (UR) taja seminar stop kekerasan terhadapperempuan dan anak. Mengangkat tema Riau Bebas Pedofilia dan Kekerasan, Acara dimulai pukul 9 pagi di aula rektorat lantai 4. Helda Khasmy didaulat jadi pemateri pada acara tersebut. Helda merupakan aktivis dan Ketua Rumpun Perempuan dan Anak (Rupari) Riau.
Mengenai kekerasan terhadap anak, dikatakan oleh Wulan Kumala Dewi selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan, bahwasanya Riau menduduki peringkat ke enam se-Indonesia. “Coba kita bayangkan, itu baru kasus yang dikadukan, kita sudah berada di posisi keenam, bagaimana dengan korban yang tidak mengadukan, mau di posisi keberapa kita,” jelasnya.
Helda juga dalam menyampaikan materinya yang tak jauh berbeda dengan Wulan. dikatakannya, “Saya juga heran, sebenarnya ada apa dengan Riau ini.” Helda sudah berkali-kali membantu dan menerima pengaduan terhadap kekerasan terhadap perempuan dan anak. Berkali-kali pula Helda merasa cemas terhadap anaknya sendiri. Bukan karna kenakalan anaknya, tetapi karena saking hampir setiap harinya Helda menerima laporan-laporan perihal kekerasan tersebut.
Itulah sebabnya, dikatakan Helda bahwasanya pendidikan seks sejak usia dini itu memang diperlukan. Tetapi mengapa berkali-kali pula mendapat pro dan kontra. Padahal, dijelaskan olehnya, bahwa pendidikan tersebut hanya sebatas dan stop sampai si anak mengerti tentang alat-alat reproduksinya, kegunaannya, siapa yang boleh menyentuh dan tidak. Dan yang paling ditekan kan oleh Helda, “Ajarilah anak sejak usia dini menggunakan penyebutan alat reproduksinya dengan bahasa-bahasa yang lebih ilmiah.” Hal ini untuk mencegah ketidaksepahaman arti dengan bahasa anak.
Itulah mengapa Helda menyarankan untuk mendidik dan mengajarkan bahasa-bahasa yang lebih ilmiah pada anak sejak dini. “Ajarkan anak menyebut vagina untuk alat reproduksi perempuan, dan penis untuk laki-laki,” katanya.
Begitu pula dengan kasus kekerasan terhadap perempuan. Mengapa perempuan terus-menerus menjadi korban. Siapa yang salah. Helda menjelaskan, “Siapa pun perempuan itu, ia punya hak untuk tidak mengalami kekerasan, baik fisik maupun psikis.”
Dan penjelasan-penjelasan mengenai kekerasan terhadap perempuan anak ini terus berlanjut hingga usai pukul 12 siang. Dipenghujung acara, MPP mengumumkan pemenang lomba photografi, puisi dan surat cinta untuk ibu negara. Perlombaan tersebut telah diselenggarakan beberapa minggu yang lalu. “Pemenang terbaik dari lomba surat cinta untuk ibu negara ini, nantinya akan dikirimkan langsung kepada ibu negara,” ujar pembawa acara.
[ Kementerian Kominfo BEM UR ]
0 komentar:
Posting Komentar